“Cinta pertama… kadang datang tak berwaktu, tapi mengendap dalam ingatan seperti langit jingga yang muncul setelah hujan.”
Di sebuah sekolah biasa di pinggiran kota Tokyo, Riku Aozora, seorang siswa SMA kelas dua yang pendiam dan suka menggambar, menjalani hari-harinya tanpa banyak warna. Ia selalu duduk di pojok kelas, mengamati dunia dari balik kaca jendela, menggambar awan yang berubah bentuk dan bayangan pepohonan di bukunya.
Hingga suatu hari, seorang murid pindahan bernama Yui Hanabira datang. Ceria, penuh semangat, dan… suka memotret langit. Berbeda dengan Riku yang selalu melihat dunia dari bawah, Yui selalu melihat ke atas, mencari cahaya.
💞 Pertemuan yang Mengubah Segalanya
Pertemuan mereka terasa klise—Yui meminjam pensil warna Riku saat pelajaran seni. Tapi dari situlah segalanya bermula.
Yui menemukan sketsa Riku yang sangat detail, namun tanpa warna. Ia bertanya, “Kenapa kamu nggak mewarnainya?”
Riku hanya menjawab, “Dunia aslinya terlalu abu-abu.”
Sejak itu, Yui sering memaksa Riku naik ke atap sekolah tiap sore. Di sana, mereka memandangi senja, membicarakan langit, mimpi, dan hal-hal kecil yang biasa… tapi terasa besar bila bersama.
🌦️ Konflik
Namun, di balik senyumnya, Yui menyembunyikan kenyataan pahit—ia mengidap penyakit jantung kronis dan akan menjalani operasi besar yang membuatnya harus pindah ke luar negeri dalam waktu dekat.
Saat Riku tahu, ia merasa hancur. Tapi Yui hanya tersenyum, berkata:
“Kalau kita nggak bisa melihat langit yang sama lagi, gambar sajalah langit itu. Buat aku, di bukumu.”
🌇 Klimaks & Akhir Cerita
Hari terakhir sebelum Yui pergi, mereka kembali ke atap sekolah. Langit senja berwarna jingga terang, seolah tahu waktunya sudah hampir habis.
Riku menggambar langit itu dengan warna penuh—untuk pertama kalinya. Ia memberikan gambar itu ke Yui sambil berkata:
“Kamu bilang dunia abu-abu. Tapi kamu membuatku ingin mengisinya dengan warna.”
Yui menangis, memeluknya pelan. Kamera miliknya menangkap momen itu… satu frame terakhir sebelum keberangkatan.
📘 Epilog (1 Tahun Kemudian)
Riku berdiri di atap yang sama, membuka buku sketsa barunya. Semua halaman kini berwarna.
“Yui… langit hari ini jingga lagi. Kamu lihat, kan?”
0 Comments