Di sebuah desa kecil yang penuh warna dan tawa, tinggal empat sahabat yang terkenal dengan keunikan masing-masing: Jeni Sibegog yang berbadan besar namun berhati lembut, Aris si Kandut yang selalu ceria, Nasrul si Pakrul yang suka mengeluh, dan Avid si Kupit yang pintar dan sering menjadi penengah.
Pada suatu pagi cerah, mereka berempat merencanakan kegiatan yang sudah lama dinanti: pergi memancing ke danau Tawa-Tawa.
“Wah, hari ini cuacanya pas banget buat mancing!” teriak Avid dengan semangat.
Semua bersorak setuju, hingga tiba-tiba...
“Eh, pancingku patah dong!” keluh Pakrul sambil menunjukkan ujung pancing yang bengkok dan retak.
“Waduh, ini masalah besar,” kata Kandut. “Kita nggak bisa ninggalin Pakrul.”
Avid pun memberikan ide, “Bagaimana kalau Jeni ke toko alat pancing buat beliin yang baru?”
Jeni menggeleng keras, “Aku nggak punya uang. Uangku habis buat beli makan kemarin.”
Kandut mengangkat tangan penuh semangat, “Gini aja, kita kerja dulu. Nanti dari hasil kerjanya kita beliin pancing baru!”
Namun, seperti biasa, Pakrul protes, “Kerja? Aduh... capek, lho! Mancing aja udah cukup berat!”
Perdebatan pun terjadi. Kandut ngotot, Avid menengahi, Pakrul tetap keras kepala. Hingga akhirnya Jeni berdiri dan berkata dengan suara mantap:
“Dengerin ya! Kalau kita semua kerja sama, kita bisa beli alat pancing bukan cuma buat Pakrul, tapi buat kita semua yang lebih bagus!”
Karena tubuh Jeni yang besar dan suara tegasnya, ketiga temannya terdiam. Akhirnya mereka sepakat mencari pekerjaan bersama.
Hari demi hari mereka mencuci mobil, membersihkan halaman, dan bahkan mengantar barang di desa. Meski lelah, mereka selalu tertawa dan saling menyemangati.
Sebulan pun berlalu.
“Horee! Kita dapat gaji!” sorak mereka sambil membuka amplop berisi uang.
Tanpa ragu, mereka membeli pancing paling bagus di toko. Saat hari memancing tiba, semangat mereka membara.
Jeni berhasil mendapatkan ikan besar, Kandut mendapat ikan kecil, Avid mendapat ikan warna-warni... dan Pakrul?
“Aaaah! Kodok!” teriak Pakrul panik sambil mengangkat kodok besar dari kailnya.
“Wahahaha! Kodok Pakrul mau ikut masak juga nih!” ejek Kandut sambil tertawa terbahak.
“Eh jangan salah! Ini kodok keberuntungan!” balas Pakrul pura-pura bangga.
Perdebatan kecil pun terjadi, namun semuanya tertawa di akhir cerita. Avid pun berkata:
“Yang penting bukan apa yang kita dapat, tapi usaha dan kebersamaan kita!”
Hari itu menjadi kenangan yang tak terlupakan. Mereka pulang dengan hati bahagia dan janji: persahabatan lebih berharga dari segalanya.
0 Comments